MUSIK ROCK INDONESIA DI TAHUN 70AN (2) oleh Mh Alfie Syahrine Mereka inilah generasi pertama pemusik cadas Indonesia yang penuh bakat da...
MUSIK ROCK INDONESIA DI TAHUN 70AN (2)
oleh Mh Alfie Syahrine
Mereka inilah generasi pertama pemusik cadas Indonesia yang penuh bakat dan inovatif, disamping itu mereka-pun di besarkan namanya oleh Majalah Aktuil yang sejak era 1967-an mengkhususkan diri sebagai pioneer majalah musik dan gaya hidup remaja perkotaan itu .Banyak kugiran saat itu yang muncul antara lain:
Giant Step, Freedom of Rhapsodia,Bentoel & Micky Jaguar,The Rollies,,The Rhythm Kings,Golden Wings,C’Blues,God Bless, Young Gipsy, AKA, SAS, Superkid, Freedom, Shark Move, Minstreal’s,Great Session,The Amateur,Destroyer,Lime Stone,Voodoo Child,Mama Clan’s, Freemen, Reg Time, Silver Train, Free Men, Black Spades, Equator Child,Double Zero,Ternchem Stallion,,Lizard,Big Brother,Fancy.Zonk dll
Go International
Anehnya walaupun dengan perangkat sound system dan kapasitas studio yang masih serba minim namun di era 1970-an banyak lagu-lagu dari kugiran cadas Indonesia saat itu yang dapat melampaui lintas batas negara atau istilah kerennya Go International padahal saat itu teknologi dunia rekaman kita masih pas-pasan “cuma 4 track doang” kata anak- anak band saat itu tetapi berbekal semangat dan bakat alam yang kuat mereka dapat mencipta dan menyanyikan lagu-lagu versi Inggris dengan sangat baik, dan salutnya lagi, lagu-lagu versi Inggris mereka banyak disukai di luar negeri bahkan hingga masuk Top Ten baik di BBC ataupun ABC seperti AKA,SAS, dan Rollies ataupun Silver Train dimana lagu-lagu mereka sempat bertengger pada Top Ten Radio Austratralia.
Pertunjukan musik cadas pada era awal 1970-an hingga tahun 1976 sangat mendatangkan keuntungan dan para musisi beraliran hangar binger itu, mereka mengalami masa keemasan saat itu .Banyak gadis yang tergila gila pada mereka dan menjadi groupist kemana mereka show selalu diikuti.Sejak kehadiran musik cadas di percaturan musik negeri ini, pertunjukan mereka selalu dibanjiri oleh penonton dan mengundang sambutan gegap-gempita disetiap kota di Indonesia.
Media Yang Menopang Kejayaan Musik Cadas
Memang saat itu tidak dapat dipungkiri bahwa musik panggunglah yang merupakan arena yang paling berhasil memasyarakatkan musik cadas di Tanah Air ini di samping radio-radio dan majalah seperti Aktuil., Junior, Plamboyan, Varia Nada dan TOP serta beberapa majalah musik musiman yang tidak begitu dikenal ikut pula meramaikan masa kejayaan musik cadas di Tanah Air namun yang menjadi rujukan bagi anak anak muda saat itu hanya majalah Aktuil dan TOP karena kedua majalah musik ini memiliki wartawan yang berkaliber raksasa yang mana setiap tulisan maupun reportase-nya selalu menarik dan ditunggu tunggu oleh para kawula muda penggila musik cadas saat itu.
Aktuil memiliki Denny Sabrie, Remy Silado, Bens Leo, Iphik Tanoyo, Zan Zappa,Hasanta dll sedangkan TOP memiliki Theodore KS, Daniel Alexy, Martha Boerhan, Zainuddin Tamir Koto (Zatako), Robani Bhawi dll dan persaingan antara kedua majalah musik inipun sangat luar biasa dimana mereka banyak memberikan bonus sticker maupun poster yang wah dan sudah jelas membuat remaja penggila musik cadas saat itu tidak sayang mengeluarkan uang dari kocek mereka, namun nampaknya Aktuil nyaris jadi letoy manakala majalah itu ditinggalkan wartawan senior andalan mereka yaitu Remy Silado yang berhasil diajak gabung kedalam majalah TOP.
Tempat Tempat Pertunjukan Musik Cadas Di Era Tahun 1970an
Untuk tempat pertunjukan di Jakarta,Theater Terbuka TIM, Taman Ria Monas dan Istora serta Stadiun Utama Senayan (untuk pertunjukan Deep Purple 1975) menjadi tempat favourite anak-anak muda yang paling sering didatangi untuk pertunjukan musik cadas karena harga tiketnya murah meriah yang mana dapat terjangkau oleh kocek mereka yang rata rata masih duduk dibangku SMA dan Perguruan Tinggi sedangkan Convention Hall (Balai Sidang) menurut mereka itu merupakan tempat kaum borju yang tidak sesuai dengan semangat dan jiwa cadas mereka!.
Sedangkan di Bandung Lapangan Saparua, Lapangan Tegal Lega dan Gedung Merdeka menjadi tempat paling sering untuk pertunjukan musik cadas saat itu sedangkan untuk kugiran musik mungkin Bandunglah tempatnya karena disana ada seabreg kugiran antara lain Savoy Rhythm, Provist (Progressive Student), Diablo Band, The Players, Happiness, Thippiest, Comets, DD (Djogo Dolok), Jack C’llons, C’Blues, Memphis (yang kemudian menjadi Man Face), Delimas, Rhapsodia, Batu Karang, The Peels, Shark Move, Red&White, Topics & Company, The Rollies, Philosophy Gang Of Harry Roesli, Giant Step, Paramour, Finishing Touch, Freedom ,Lizard, Big Brothers dan masih banyak lagi.Banyak dari mereka yang sukses bahkan bertahan namun tidak sedikit yang bertumbangan ditengah jalan dan ada pula para vokalisnya yang dapat bertahan tetapi berganti genre musiknya bahkan ke Dangdhut!
Sementara di Medan di Stadion Teladan, Wisma Ria ataupun Taman Ria dengan seabgeg kugiran cadas-nya seperti Rhythm Kings, Minstreals, The Great Session, The Foxus, Amateur, The Rag Time, Six Men, Grave Men, Copa Tone, Bhineka Nada, Black Spades dan Destroyer, disamping itu tentu saja masih ada banyak kugiran cadas lainnya yang dahsyat seperti Freemen .
Sedangkan kota Solo dijuluki sebagai kota ketiga di Indonesia memiliki stadion Manahan untuk tempat perhelatan musik cadas saat itu. Untuk kugiran musik dijumpai sederet nama yang patut dikedepankan, misalnya Yap Brothers, Tercnhem, Ayodhia, Scorless, dan Fair Stone. Dari sekian nama tersebut ada beberapa yang berhasil beken, namun ada pula yang terlanjur “mati”. Setelah Yap Brothers hijrah ke Jakarta, Tercnhem dan Ayodhia pun sekarat, dan Scorless tidak lama kemudian bubar !.Sedangkan Semarang pada dekade 1970-an merupakan sentral hingar bingarnya musik cadas di Jawa Tengah.
Memasuki dekade 1970-an musik di Semarang dilanda trend musik cadas ala Deep Purple, Led Zeppelin, dan sebagainya. Ada tiga nama group musik yang cukup disegani keberadaannya yaitu, Mama Clan’s, Dragon, dan Fanny’s. Mama Clan’s tidak hanya berkiprah di kota asalnya, tetapi juga mampu menaklukkan penonton di kota Kembang Bandung yang dikenal sebagai gudangnya kugiran cadas pada dekade 1970-an. Mama Clan’s bahkan juga mampu menawan hati publik Jakarta dengan manggung di Taman Ria Monas tanggal 20 Oktober 1973. Kugiran dari Semarang lainnya bernama Spider, tetapi entah kenapa berubah bernama menjadi Voodoo Child ketika ikut perhelatan musik “Pesta Kemarau 75” di Bandung.
Surabaya memiliki segudang kugiran cadas diera 70-an. musik AKA merupakan kugiran cadas yang lahir dari kota ini dan dianggap sebagai pelopor musik underground di Indonesia.AKA juga mengusung aksi-aksi panggung yang tidak lazim dipertunjukan ketika itu, karena menampilkan aksi peti mati dan tiang gantungan. kugiran dan pemusik lainnya yang terbentuk di kota yang sama, meliputi Oorzaak, Yeah Yeah Boys, Lemon Tree’s, D’Hand, Gembels, dan Rock Trikel serta SAS dll.
Sedangkan kota Malang hanya memiliki sedikit kugiran musik yang eksis pada waktu itu, antara lain: Irama Abadi, Bentoel,Opet, Zodiak, dan Swita Irama. Hampir semua kugiran itu adalah kugiran musik perusahaan atau yang dibentuk dan didanai oleh instansi atau lembaga tertentu. Sama seperti di Semarang terbentuknya kugiran musik di Malang pada zaman Orde Lama biasanya bermula dari band sekolah. Tidak seperti di Jakarta, atau Surabaya banyak anak-anak muda Malang ingin bermain musik namun tidak mempunyai alat-alat yang cukup karena harganya mahal. Akhirnya band bisa terbentuk dan manggung setelah didanai oleh suatu perusahaan besar. Nama-nama band yang muncul pun mengikuti nama perusahaan sponsor, seperti band Bentoel. Double Zero dari nama perusahaan rokok Orong Orong dll. Kota Malang pernah dianggap sebagai barometer musik cadas di Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Mayoritas warga Malang pada dekade 1970 menggemari musik cadas seperti Deep Purple dan Rolling Stone. Pernah ada suatu angket yang dibuat radio-radio amatir waktu itu dan memang kebanyakan kawula muda di kota Malang menggemari musik cadas sampai keakar akarnya dan hebatnya lagi hal itu masih berlanjut dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Tidak Ada Satupun Lagu Indonesia Di Atas Pentas
Bila kugiran cadas sedang manggung mereka sekan-akan Inggris-lah bahasa mereka sehari-hari karena semua lagu yang mereka nyanyikan berbahasa Inggris dimana mereka dapat dengan fasihnya menyanyikan lagu-lagu seperti dari ;Deep Purple, Jefferson Airplane, Ten Years After, Moody Blues,Camel, Rainbow,Nazareth, Rush, Gentle Giant, Black Sabbath,King Ping Meh, Genesis, Led Zeppelin, Kansas,Yes ,King Crimson,Iron Butterfly,Rainbow,Judas Priest,Uriah Heep, Man Fred Man Earth Band, Rick Wakeman, Johny Winter,Edger Winter,BS&T(Blood Sweat & Tears),Chicago, ELP,Santana,Tower of Power,Jetro Thull, Rolling Stones, STYX,Jimmy Hendrix,Frank Zappa, Rick Wakeman dll .
Bersambung
Credit https://www.facebook.com/mh.syahrine
oleh Mh Alfie Syahrine
Mereka inilah generasi pertama pemusik cadas Indonesia yang penuh bakat dan inovatif, disamping itu mereka-pun di besarkan namanya oleh Majalah Aktuil yang sejak era 1967-an mengkhususkan diri sebagai pioneer majalah musik dan gaya hidup remaja perkotaan itu .Banyak kugiran saat itu yang muncul antara lain:
Giant Step, Freedom of Rhapsodia,Bentoel & Micky Jaguar,The Rollies,,The Rhythm Kings,Golden Wings,C’Blues,God Bless, Young Gipsy, AKA, SAS, Superkid, Freedom, Shark Move, Minstreal’s,Great Session,The Amateur,Destroyer,Lime Stone,Voodoo Child,Mama Clan’s, Freemen, Reg Time, Silver Train, Free Men, Black Spades, Equator Child,Double Zero,Ternchem Stallion,,Lizard,Big Brother,Fancy.Zonk dll
Go International
Anehnya walaupun dengan perangkat sound system dan kapasitas studio yang masih serba minim namun di era 1970-an banyak lagu-lagu dari kugiran cadas Indonesia saat itu yang dapat melampaui lintas batas negara atau istilah kerennya Go International padahal saat itu teknologi dunia rekaman kita masih pas-pasan “cuma 4 track doang” kata anak- anak band saat itu tetapi berbekal semangat dan bakat alam yang kuat mereka dapat mencipta dan menyanyikan lagu-lagu versi Inggris dengan sangat baik, dan salutnya lagi, lagu-lagu versi Inggris mereka banyak disukai di luar negeri bahkan hingga masuk Top Ten baik di BBC ataupun ABC seperti AKA,SAS, dan Rollies ataupun Silver Train dimana lagu-lagu mereka sempat bertengger pada Top Ten Radio Austratralia.
Pertunjukan musik cadas pada era awal 1970-an hingga tahun 1976 sangat mendatangkan keuntungan dan para musisi beraliran hangar binger itu, mereka mengalami masa keemasan saat itu .Banyak gadis yang tergila gila pada mereka dan menjadi groupist kemana mereka show selalu diikuti.Sejak kehadiran musik cadas di percaturan musik negeri ini, pertunjukan mereka selalu dibanjiri oleh penonton dan mengundang sambutan gegap-gempita disetiap kota di Indonesia.
Media Yang Menopang Kejayaan Musik Cadas
Memang saat itu tidak dapat dipungkiri bahwa musik panggunglah yang merupakan arena yang paling berhasil memasyarakatkan musik cadas di Tanah Air ini di samping radio-radio dan majalah seperti Aktuil., Junior, Plamboyan, Varia Nada dan TOP serta beberapa majalah musik musiman yang tidak begitu dikenal ikut pula meramaikan masa kejayaan musik cadas di Tanah Air namun yang menjadi rujukan bagi anak anak muda saat itu hanya majalah Aktuil dan TOP karena kedua majalah musik ini memiliki wartawan yang berkaliber raksasa yang mana setiap tulisan maupun reportase-nya selalu menarik dan ditunggu tunggu oleh para kawula muda penggila musik cadas saat itu.
Aktuil memiliki Denny Sabrie, Remy Silado, Bens Leo, Iphik Tanoyo, Zan Zappa,Hasanta dll sedangkan TOP memiliki Theodore KS, Daniel Alexy, Martha Boerhan, Zainuddin Tamir Koto (Zatako), Robani Bhawi dll dan persaingan antara kedua majalah musik inipun sangat luar biasa dimana mereka banyak memberikan bonus sticker maupun poster yang wah dan sudah jelas membuat remaja penggila musik cadas saat itu tidak sayang mengeluarkan uang dari kocek mereka, namun nampaknya Aktuil nyaris jadi letoy manakala majalah itu ditinggalkan wartawan senior andalan mereka yaitu Remy Silado yang berhasil diajak gabung kedalam majalah TOP.
Tempat Tempat Pertunjukan Musik Cadas Di Era Tahun 1970an
Untuk tempat pertunjukan di Jakarta,Theater Terbuka TIM, Taman Ria Monas dan Istora serta Stadiun Utama Senayan (untuk pertunjukan Deep Purple 1975) menjadi tempat favourite anak-anak muda yang paling sering didatangi untuk pertunjukan musik cadas karena harga tiketnya murah meriah yang mana dapat terjangkau oleh kocek mereka yang rata rata masih duduk dibangku SMA dan Perguruan Tinggi sedangkan Convention Hall (Balai Sidang) menurut mereka itu merupakan tempat kaum borju yang tidak sesuai dengan semangat dan jiwa cadas mereka!.
Sedangkan di Bandung Lapangan Saparua, Lapangan Tegal Lega dan Gedung Merdeka menjadi tempat paling sering untuk pertunjukan musik cadas saat itu sedangkan untuk kugiran musik mungkin Bandunglah tempatnya karena disana ada seabreg kugiran antara lain Savoy Rhythm, Provist (Progressive Student), Diablo Band, The Players, Happiness, Thippiest, Comets, DD (Djogo Dolok), Jack C’llons, C’Blues, Memphis (yang kemudian menjadi Man Face), Delimas, Rhapsodia, Batu Karang, The Peels, Shark Move, Red&White, Topics & Company, The Rollies, Philosophy Gang Of Harry Roesli, Giant Step, Paramour, Finishing Touch, Freedom ,Lizard, Big Brothers dan masih banyak lagi.Banyak dari mereka yang sukses bahkan bertahan namun tidak sedikit yang bertumbangan ditengah jalan dan ada pula para vokalisnya yang dapat bertahan tetapi berganti genre musiknya bahkan ke Dangdhut!
Sementara di Medan di Stadion Teladan, Wisma Ria ataupun Taman Ria dengan seabgeg kugiran cadas-nya seperti Rhythm Kings, Minstreals, The Great Session, The Foxus, Amateur, The Rag Time, Six Men, Grave Men, Copa Tone, Bhineka Nada, Black Spades dan Destroyer, disamping itu tentu saja masih ada banyak kugiran cadas lainnya yang dahsyat seperti Freemen .
Sedangkan kota Solo dijuluki sebagai kota ketiga di Indonesia memiliki stadion Manahan untuk tempat perhelatan musik cadas saat itu. Untuk kugiran musik dijumpai sederet nama yang patut dikedepankan, misalnya Yap Brothers, Tercnhem, Ayodhia, Scorless, dan Fair Stone. Dari sekian nama tersebut ada beberapa yang berhasil beken, namun ada pula yang terlanjur “mati”. Setelah Yap Brothers hijrah ke Jakarta, Tercnhem dan Ayodhia pun sekarat, dan Scorless tidak lama kemudian bubar !.Sedangkan Semarang pada dekade 1970-an merupakan sentral hingar bingarnya musik cadas di Jawa Tengah.
Memasuki dekade 1970-an musik di Semarang dilanda trend musik cadas ala Deep Purple, Led Zeppelin, dan sebagainya. Ada tiga nama group musik yang cukup disegani keberadaannya yaitu, Mama Clan’s, Dragon, dan Fanny’s. Mama Clan’s tidak hanya berkiprah di kota asalnya, tetapi juga mampu menaklukkan penonton di kota Kembang Bandung yang dikenal sebagai gudangnya kugiran cadas pada dekade 1970-an. Mama Clan’s bahkan juga mampu menawan hati publik Jakarta dengan manggung di Taman Ria Monas tanggal 20 Oktober 1973. Kugiran dari Semarang lainnya bernama Spider, tetapi entah kenapa berubah bernama menjadi Voodoo Child ketika ikut perhelatan musik “Pesta Kemarau 75” di Bandung.
Surabaya memiliki segudang kugiran cadas diera 70-an. musik AKA merupakan kugiran cadas yang lahir dari kota ini dan dianggap sebagai pelopor musik underground di Indonesia.AKA juga mengusung aksi-aksi panggung yang tidak lazim dipertunjukan ketika itu, karena menampilkan aksi peti mati dan tiang gantungan. kugiran dan pemusik lainnya yang terbentuk di kota yang sama, meliputi Oorzaak, Yeah Yeah Boys, Lemon Tree’s, D’Hand, Gembels, dan Rock Trikel serta SAS dll.
Sedangkan kota Malang hanya memiliki sedikit kugiran musik yang eksis pada waktu itu, antara lain: Irama Abadi, Bentoel,Opet, Zodiak, dan Swita Irama. Hampir semua kugiran itu adalah kugiran musik perusahaan atau yang dibentuk dan didanai oleh instansi atau lembaga tertentu. Sama seperti di Semarang terbentuknya kugiran musik di Malang pada zaman Orde Lama biasanya bermula dari band sekolah. Tidak seperti di Jakarta, atau Surabaya banyak anak-anak muda Malang ingin bermain musik namun tidak mempunyai alat-alat yang cukup karena harganya mahal. Akhirnya band bisa terbentuk dan manggung setelah didanai oleh suatu perusahaan besar. Nama-nama band yang muncul pun mengikuti nama perusahaan sponsor, seperti band Bentoel. Double Zero dari nama perusahaan rokok Orong Orong dll. Kota Malang pernah dianggap sebagai barometer musik cadas di Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Mayoritas warga Malang pada dekade 1970 menggemari musik cadas seperti Deep Purple dan Rolling Stone. Pernah ada suatu angket yang dibuat radio-radio amatir waktu itu dan memang kebanyakan kawula muda di kota Malang menggemari musik cadas sampai keakar akarnya dan hebatnya lagi hal itu masih berlanjut dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Tidak Ada Satupun Lagu Indonesia Di Atas Pentas
Bila kugiran cadas sedang manggung mereka sekan-akan Inggris-lah bahasa mereka sehari-hari karena semua lagu yang mereka nyanyikan berbahasa Inggris dimana mereka dapat dengan fasihnya menyanyikan lagu-lagu seperti dari ;Deep Purple, Jefferson Airplane, Ten Years After, Moody Blues,Camel, Rainbow,Nazareth, Rush, Gentle Giant, Black Sabbath,King Ping Meh, Genesis, Led Zeppelin, Kansas,Yes ,King Crimson,Iron Butterfly,Rainbow,Judas Priest,Uriah Heep, Man Fred Man Earth Band, Rick Wakeman, Johny Winter,Edger Winter,BS&T(Blood Sweat & Tears),Chicago, ELP,Santana,Tower of Power,Jetro Thull, Rolling Stones, STYX,Jimmy Hendrix,Frank Zappa, Rick Wakeman dll .
Bersambung
Credit https://www.facebook.com/mh.syahrine