Perempatan Raja Bali, Malang (episode 2) Pada awal abad ke-20, banyak kota di Hindia Belanda dikembangkan dengan perancangan kota untuk me...
Perempatan Raja Bali, Malang (episode 2)
Pada awal abad ke-20, banyak kota di Hindia Belanda dikembangkan dengan perancangan kota untuk mengantisipasi masalah sosial, ekonomi, geografi, lingkungan, dan infrastruktur. Ditugaskan oleh Pemkot Malang, pada tahun 1935 perancang kota Herman Thomas Karsten (1884-1945) membuat rencana pengembangan kota, termasuk perencanaan jaringan jalan yang belum pernah terpikirkan secara terpadu. Sebuah perempatan direncanakan sebagai pusat dari sistem jaringan jalan, dan keempat pojoknya diperkuat sebagai titik pengenal bagi lalu lintas, dengan empat gedung putih berarsitektur mencolok, masing-masing dilengkapi dengan menara.
Pada kedua pojok barat, pada 1936 dibangunlah dua kompleks pertokoan simetris, berdasarkan hasil karya arsitek Karel Bos (1903-1943) dengan gaya arsitektur Modernisme. Pada sudut timur laut didirikan Hotel Mabes (akan jadi YMCA, kini diganti BCA) berdasarkan rancangan arsitek Rijk Rijksen (1872-1944), dengan gaya arsitektur yang sama. Sementara pada sudut tenggara, sebuah bangunan tradisional diberi pembedahan plastik (facelift), dengan menempel menara dan fasad baru sehingga sesuai dengan bangunan pada tiga pojok lainnya.
Dengan cara demikianlah tercipta perempatan unik dan ikonis, yang kini dikenal dengan nama Perempatan Jaja Bali, dari nama toko India Radjab Alli & sons yang pada 1950-an didirikan di pojok barat laut. OJC©2022 - Sumber foto: koleksi pribadi.
Foto 2 (1938): perempatan sisi barat ⬅️
Foto 3 (±1938): perempatan sisi timur ➡️
Foto 4 (1939): perempatan sisi timur laut ↗️
Foto 5 (±1938): perempatan sisi barat daya ↙️
Foto 6 (±1955): perempatan sisi selatan ⬇️
Foto 7 (±1955): perempatan sisi utara ⬆️
(NB: Foto 1 sudah ada di posting kemarin)