Pabrik gula gondang winangoen dibangun tahun 1860. dan mempunyai nama awal Suikerfabriek Gondang Winangoen. Pabrik Gula Gondang setelah masa...
Pabrik gula gondang winangoen dibangun tahun 1860. dan mempunyai nama awal Suikerfabriek Gondang Winangoen. Pabrik Gula Gondang setelah masa Tanam Paksa ( sistem yg cukup memuaskan dgn saldo laba dr thn 1830 sampai 1877 memasukkan 800 juta gulden ke perbendaharaan kerajaan, sistem ini lambat laun mulai ditinggal, dan digantikan oleh sistem perkebunan swasta. ) dioperasikan oleh N.V Klattensche Cultuur Maatschappij yang berkantor pusat di Den Haag sejak 1887. Pabrik Gula Gondang hanya beroperasi di bulan Mei hingga September yang merupakan musim tanam tebu.
Pabrik Gula Gondang terhubung dengan Stasiun Srowot yang dibangun pada tahun 1920. Stasiun Srowot terletak di antara jalur kereta api yang menghubungkan Semarang – Surakarta – Yogyakarta yang sebelumnya telah terhubung sejak tahun 1882. Stasiun Srowot dibangun untuk memudahkan pengangkutan hasil panen tebu ke Pelabuhan Semarang.
Pada masa malaise Pabrik Gula Gondang sempat tidak beroperasi. Pabrik Gula mulai beroperasi kembali pada tahun 1935. Kemudian pada tahun 1935-1942 pabrik mulai beroperasional, namun dibawah kendali orang yang berbeda, yaitu M.F.H. Beermers, warga negara Belanda.
Pada awalnya pabrik ini menggunakan turbin air sebagai penggerak mesin, namun setelah James Watt menemukan mesin uap, maka pabrik ini mulai mengganti turbin tersebut dengan mesin uap. Mesin uap tertua dan masih berfungsi hingga saat ini adalah B. Lahey dan Brissoneauf mesin buatan Perancis tahun 1884. Mesin-mesin lain yang dibuat pada abad 19 juga masih dapat berfungsi dengan baik.
Pada tahun 1942-1945, Pabrik Gula Gondang diambil alih oleh Jepang. Setelah Indonesia merdeka, pabrik ini jatuh ke tangan Indonesia dan dikelola oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN). Ketika terjadi agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 pabri ini tidak berfungsi dan baru berfungsi kembali pada tahun 1950.