Foto: Jagger & Djodi Setiawan Djodi: Dimarahi Pak Harto Gara-gara Metallica "Awalnya, saya memiliki perusahaan bernama Airo yan...
Foto: Jagger & Djodi
Setiawan Djodi: Dimarahi Pak Harto Gara-gara Metallica
"Awalnya, saya memiliki perusahaan bernama Airo yang dijalankan oleh Sofyan Ali. Pada awalnya, perusahaan ini mendatangkan sejumlah penyanyi internasional, seperti Stevie Wonder dan Tina Turner, pada 1980-an. Kemudian perusahaan ini berkembang, saya ikut me-manage dan melahirkan album Mata Dewa bersama Iwan Fals, kemudian Swami, dan juga ikut me-manage konser-konser Kantata Takwa," dia bercerita.
Pada saat itu Djodi melihat animo masyarakat pada musik yang bernada protes semakin besar. Lalu dia mendengar di luar negeri ada Metallica yang lirik-liriknya dahsyat. Ada nada protes pada lagu-lagu mereka. Ada Enter Sandman, And Justice for All, dan sebagainya. Lalu keluarlah Black Album yang luar biasa itu. "Dari situlah saya kemudian meminta teman-teman menjajaki untuk mendatangkan mereka ke sini," Djodi menjelaskan.
Kemudian Djodi mendengar Metallica datang untuk tur Black Album. "Di sinilah saya mencoba menghubungi mereka lewat perkenalannya baik informal atau tidak di New York. Saya punya banyak kenalan di sana karena pada 1968 sampai 1974 pernah tinggal di sana dan bergaul dengan banyak kalangan, termasuk Mick Jagger, yang pernah datang juga ke rumah ini," kata Djodi
Banyak yang mengatakan kerusuhan konser Metallica 1993 karena diadakan di Lebak Bulus yang terlalu kecil dan tidak layak. "Awalnya saya ingin konser itu digelar di Gelora Bung Karno. Tetapi tidak boleh karena akan diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional. Selain itu, tempat penyelenggaraan dipindah ke Lebak Bulus. Saya berpikir enggak apa-apalah. Saya underestimate dan berpikir paling yang datang paling 20 ribu."
Tapi, di luar dugaan, yang datang lebih dari itu. Banyak yang tidak bisa masuk. Bahkan yang punya tiket pun tidak bisa masuk. Itulah yang menyebabkan banyak orang marah. Tapi waktu itu tidak ada tuntutan kepada dirinya. Sebab, di dalam tempat konser (Stadion Lebak Bulus), tidak terjadi apa-apa. Kerusuhan terjadi di luar.
Tentang biaya mendatangkan Metallica saat itu, menurut Djodi, tak besar, mungkin hanya US$ 700 ribu. Tapi, dengan berbagai macam biaya penggantian kerugian, dirinya menghabiskan sekitar US$ 2 juta. "Warung-warung di sekitar Lebak Bulus yang rusak, ya, saya ganti, dan kapok juga saya mendatangkan artis luar negeri. Setelah itu, Airo tidak lagi mendatangkan artis internasional," katanya.
Setelah kerusuhan, konser hari kedua tetap berjalan dan diteruskan. "Waktu itu saya dimarahi oleh Pak Harto lewat Pak Benny Moerdani, yang waktu itu lagi galak-galaknya. Dia Pangab. Dia menelepon dan bilang, “Pak Harto marah, tuh. Saya bikin siaga satu.” Saya bilang, “Ya, Pak, saya minta maaf. Saya akan mengganti kalau ada kerusakan atau kerugian lainnya.”
Credits https://www.facebook.com/groups/1625189314373879/permalink/3091786244380838/
Setiawan Djodi: Dimarahi Pak Harto Gara-gara Metallica
"Awalnya, saya memiliki perusahaan bernama Airo yang dijalankan oleh Sofyan Ali. Pada awalnya, perusahaan ini mendatangkan sejumlah penyanyi internasional, seperti Stevie Wonder dan Tina Turner, pada 1980-an. Kemudian perusahaan ini berkembang, saya ikut me-manage dan melahirkan album Mata Dewa bersama Iwan Fals, kemudian Swami, dan juga ikut me-manage konser-konser Kantata Takwa," dia bercerita.
Pada saat itu Djodi melihat animo masyarakat pada musik yang bernada protes semakin besar. Lalu dia mendengar di luar negeri ada Metallica yang lirik-liriknya dahsyat. Ada nada protes pada lagu-lagu mereka. Ada Enter Sandman, And Justice for All, dan sebagainya. Lalu keluarlah Black Album yang luar biasa itu. "Dari situlah saya kemudian meminta teman-teman menjajaki untuk mendatangkan mereka ke sini," Djodi menjelaskan.
Kemudian Djodi mendengar Metallica datang untuk tur Black Album. "Di sinilah saya mencoba menghubungi mereka lewat perkenalannya baik informal atau tidak di New York. Saya punya banyak kenalan di sana karena pada 1968 sampai 1974 pernah tinggal di sana dan bergaul dengan banyak kalangan, termasuk Mick Jagger, yang pernah datang juga ke rumah ini," kata Djodi
Banyak yang mengatakan kerusuhan konser Metallica 1993 karena diadakan di Lebak Bulus yang terlalu kecil dan tidak layak. "Awalnya saya ingin konser itu digelar di Gelora Bung Karno. Tetapi tidak boleh karena akan diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional. Selain itu, tempat penyelenggaraan dipindah ke Lebak Bulus. Saya berpikir enggak apa-apalah. Saya underestimate dan berpikir paling yang datang paling 20 ribu."
Tapi, di luar dugaan, yang datang lebih dari itu. Banyak yang tidak bisa masuk. Bahkan yang punya tiket pun tidak bisa masuk. Itulah yang menyebabkan banyak orang marah. Tapi waktu itu tidak ada tuntutan kepada dirinya. Sebab, di dalam tempat konser (Stadion Lebak Bulus), tidak terjadi apa-apa. Kerusuhan terjadi di luar.
Tentang biaya mendatangkan Metallica saat itu, menurut Djodi, tak besar, mungkin hanya US$ 700 ribu. Tapi, dengan berbagai macam biaya penggantian kerugian, dirinya menghabiskan sekitar US$ 2 juta. "Warung-warung di sekitar Lebak Bulus yang rusak, ya, saya ganti, dan kapok juga saya mendatangkan artis luar negeri. Setelah itu, Airo tidak lagi mendatangkan artis internasional," katanya.
Setelah kerusuhan, konser hari kedua tetap berjalan dan diteruskan. "Waktu itu saya dimarahi oleh Pak Harto lewat Pak Benny Moerdani, yang waktu itu lagi galak-galaknya. Dia Pangab. Dia menelepon dan bilang, “Pak Harto marah, tuh. Saya bikin siaga satu.” Saya bilang, “Ya, Pak, saya minta maaf. Saya akan mengganti kalau ada kerusakan atau kerugian lainnya.”
Credits https://www.facebook.com/groups/1625189314373879/permalink/3091786244380838/