PASUKAN DIVISI SILIWANGI HIJRAH KE WILAYAH INDONESIA, KE JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA Cirebon, 1 Februari 1948, ribuan angota Divisi Siliwangi...
PASUKAN DIVISI SILIWANGI HIJRAH KE WILAYAH INDONESIA, KE JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA
Cirebon, 1 Februari 1948, ribuan angota Divisi Siliwangi mulai bergerak meninggalkan daerah Jawa Barat menuju Jawa Tengah dan Yogyakarta. Situasi ini merupakan konsekuensi logis dari kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Belanda pada Perundingan Renville. Salah satu klausul kesepakatan menyebutkan pemerintah Indonesia harus mengosongkan daerah-daerah yang masuk Garis van Mook, di antaranya Jawa Barat. Itu artinya, tentara dan aparat pemerintahan harus hijrah ke wilayah resmi Indonesia yang hanya meliputi Yogyakarta, Surakarta, Kediri, Kedu, Madiun, sebagian keresidenan Semarang, Pekalongan, Tegal bagian selatan dan Banyumas.
Sebagian dari 6000 anggota Divisi Siliwangi beserta seluruh anggota inti keluarganya (diperkirakan berjumlah sampai 29.000 orang) melakukan hijrah ke Jawa Tengah melalui laut. Mereka diangkut dari pelabuhan Cirebon menuju pelabuhan Rembang. Sebagian lagi diangkut lewat kereta api. Anggota Siliwangi yang dikirim lewat kereta berkumpul lebih dulu di stasiun Parujakan (1 km sebelah selatan dari stasiun Cirebon sekarang) untuk diangkut ke Yogya. Ini adalah foto rombongan prajurit Siliwangi dan keluarganya yang akan dilepas di garis perbatasan wilayah RI dengan “wilayah” Belanda. Bisa dikatakan proses hijrah Siliwangi ke daerah republik berjalan lancar dengan fasilitas transportasi “dibantu” oleh pihak Belanda. Orang-orang Belanda itu terlihat kaget setengah mati melihat Tentara Siliwangi keluar dari hutan-hutan dan gunung-gunung dengan baju rombeng, tanpa sepatu namun dalam disiplin laiknya tentara profesional dari sebuah negara merdeka. Secara tidak langsung, tujuan Tentara Belanda untuk membasmi rampok dan garong, seperti agitasi mereka ke dunia luar terbantahkan sudah, karena Tentara Siliwangi adalah tentara profesional layaknya Tentara Belanda.
Sumber : Wikipedia, historia.id
Foto : Arsip Nasional
# PROUD TO BE INDONESIANIS